Jig untuk mengelas rangka meja|Table frame welding jig

Ini adalah sebuah jig&fixture sederhana untuk mengelas rangka meja. Material jig dibuat dari bahan yang sama dengan bahan rangka meja. Pemakaian clamp sesedikit mungkin agar produktivitas tinggi dan mengurangi harga jig. Jig terdiri dari dua bagian yakni, jig kaki kanan dan kiri dan jig rangka meja total.

Meja kuliah

Meja kuliah

Berikut adalah gambar CAD dari rangka meja. Salah satu bagian yang agak sulit pengelasannya adalah kuping pada rangka yang berfungsi untuk menyekerup papan kayu.

Rangka meja

Rangka meja

Berikut adalah gambar CAD dari jig pengelasan untuk kaki meja kanan dan kiri.

Jig untuk mengelas kaki meja

Jig untuk mengelas kaki meja

Komponen-komponen penyusun (bill of materials) bisa dilihat pada gambar berikut.

Daftar komponen penyusun (bill of materials) jig

Daftar komponen penyusun (bill of materials) jig

Pemakaian jig pengelasan diskenariokan seperti pada gambar di bawah ini.

 

Pemakaian jig pengelasan kaki meja

Pemakaian jig pengelasan kaki meja

Jig kedua adalah jig untuk menggabungkan kaki kiri dan kanan meja.

Jig pengelasan rangka meja

Jig pengelasan rangka meja

Komponen-komponen penyusun (bill of materials) bisa dilihat pada gambar berikut.

Komponen-komponen penyusun jig pengelasan rangka meja

Komponen-komponen penyusun jig pengelasan rangka meja

Jangan mencela makanan dan jangan mencela tempat kita mencari makan

Ketika sedang teringat sunah tentang larangan mencela makanan tiba-tiba saja terbersit untuk melanjutkan redaksi larangan tersebut menjadi sebuah ungakapan, “Jangan mencela makanan dan jangan mencela tempat kita mencari makan”. Ungkapan tersebut lalu menjadi status di Facebook dan mendapat beberapa tanggapan positif dari teman-teman.

Meski demikian ungkapan tersebut tidak terjabarkan lebih dalam dan jelas sampai akhirnya secara tidak sengaja aku bertemu dengan bukunya Jamil Azzaini, “ON”. Pada salah satu bagian terdapat judul “Ciri tak punya passion : Meludah di sumur yang salah”.

Buku "ON" - Jamil Azzaini

Buku “ON” – Jamil Azzaini

Inti dari tulisan tersebut sama dengan ungkapan yang menjadi status Facebook-ku. Berikut cuplikannya:

Jangan pernah meludah di sumur yang airnya kamu minum*.

Pernahkah anda menjumpai orang-orang yang bekerja di suatau perusahaan atau instansi, mendapat gaji dan berbagai fasilitas dari tempat tersebut, tetapi hobinya menjelek-jelekkan perusahaan atau instansi tempat ia bekerja? Orang inilah yang saya sebut meludah di sumur yang airnya ia minum.

Orang-orang semacam ini biasanya senang mengeluh, tidak bertanggungjawab, dan oportunis. Mereke membicarakan sesuatu yang tidak mereka suka kepada sesama teman yang tidak bisa mengambil keputusan. Saat diajak diskusi dengan pimpinan mereka diam seribu bahasa. Bergaul dengan orang-orang semacam ini ibarat Anda meminum air sumur yang airnya mereka ludahi.

Orang-orang yang termasuk kelompok ini salah satunya disebabkan karena mereka bekerja tanpa passion. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mngasah passion-nya justru digunakan untuk hal yang sia-sia.

Mereka bekerja asal kerja, atau sekedar memenuhi job description, “pas banderol”. Apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya mulutnya sibuk “bekerja”, sementara prestasi kerjanya biasa saja.

*) Bukan berarti kita boleh meludah di sumur orang lain 🙂

Sikat gigi dan pasta gigi|Survival kits yang harus selalu menemani saat bepergian

Sepuluh tahun bekerja bersama orang Korea saya tertular salah satu kebiasaan mereka, yakni sering menyikat gigi. Orang Korea terbiasa menyikat gigi setelah makan. Jangan heran jika toilet di perusahaan Korea setelah jam makan siang akan penuh dengan orang-orang yang menyikat gigi. Kebiasaan yang baik J

Karena sudah terbiasa menyikat gigi tiga kali maka jika melewatkan salah satunya akan terasa risih. Terbiasa dengan gigi yang kesat membuatku tidak nyaman ketika tidak bisa menyikat gigi. Maka saat kuliah pun aku selalu membawa sikat dan pasta gigi. Beberapa orang temanku pun heran dengan kebiasaanku menyikat gigi di kampus.

Pasta gigi herbal

Pasta gigi herbal

Tidak hanya saat kuliah. Saat bepergian, pulang kampung, bersepeda atau ke manapun yang sekiranya membutuhkan waktu lama aku selalu membawa sikat gigi dan pasta gigi.

Hari ini karena terlalu pede dengan kelancaran bepergian aku tidak membawa pasta gigi hanya sikatnya saja. Ternyata ada kendala di perjalanan sehingga harus bermalam di bandara. Akibatnya aku harus menahan kerisihan sepanjang malam karena tidak bisa menyikat gigi.

Lebih dari sekedar risih. Menyikat gigi memang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebersihan gigi. Bukankah Rasulullah menganjurkan kita untuk bersiwak??

Express Check In alias Self Check In|Solusi bagi penumpang pesawat tanpa bagasi

Self check in adalah solusi efektif untuk mengurangi antrian dan kepadatan di counter check in. Penumpang yang terbang tanpa bagasi bisa melakukan check in secara mandiri pada anjungan check in yang tersedia. Saat ini baru Citilink yang mempelopori fasilitas tersebut.

Citilink - Self Check In

Citilink – Self Check In

Cara pemakaiannya sangat mudah. Pada anjungan check in terdapat monitor sekaligus papan ketik virtual. Kita cukup memasukkan kode booking dan nama akhir untuk melakukan check in. Saat ini pada anjungan check in mandiri masih terdapat kru darat yang memandu. Ini tentu saja dimaksudkan untuk sosialisasi dan memandu penumpang yang masih awam.

Citilink - Express Check In

Citilink – Express Check In

Di masa depan tentunya keberadaan kru darat di depan anjungan check in mandiri bisa dihilangkan karena tidak efisien. Bukankah kita bisa bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tanpa bantuan teller bank?

Citilink - Check In Mandiri

Citilink – Check In Mandiri

Tahukah anda di mana Kangean?

Ustad tersebut lebih suka menyebut kampung halamannya Sumenep karena orang-orang lebih mudah mengenalnya. Saya terkejut karena sesungguhnya kampung halamannya di Kangean. Sebuah gugusan pulau di timur pulau Madura dan berada tepat di utara pulau Bali. Jarak tempuhnya dengan kapal 6 jam dari pelabuhan Sumenep.

Letak Pulau Kangean

Letak Pulau Kangean

Ustad heran ketika aku menyebutkan pulau Sapudi dan Raas yang berada di jalur pelayaran ke Kangean plus eksplorasi migas yang ada di sana. Tak terpikir di benaknya akan ada orang yang mengenal sekitar daerahnya. Dipikirnya aku pernah berkunjung atau berwisata ke sana. Padahal aku hanya mengenalnya dari peta-peta yang sering kupelototi plus berita-berita seputar eksploitasi Migas di Pagerungan dengan pipanisasi gas ke pulau Jawa.

Keterkejutannya menjadi beralasan ketika kemudian dua orang teman saya nimbrung. Saat diberi tahu kampung ustad di Kangean mereka mengerutkan dahi. Jangan-jangan mendengar namanya pun baru pertama kali.

Sebagai orang yang tinggal di pulau Jawa rasanya kurang pantas jika kita tidak mengenal (minimal mengenal namanya) pulau-pulau yang berada di sekitarnya. Mereka yang berasal dari daerah merasa senang saat mereka menyebutkan atau bercerita tentang daerahnya dan kita mengenalnya.

Jangan sampai anda tidak tahu di mana Karimujawa 🙂